nggak keberatan jika harus bermalam
di sini, supaya esok bisa bertemu dengan Kumala."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Syukur-syukur mau tinggal di sini beberapa hari," timpal
Buron. "Aku yakin, Kumala pasti akan..."
Tiba-tiba Buron menghentikan kata-katanya. Badannya
yang duduk dalam keadaan sedikit membungkuk kini menjadi
tegak, serta wajahnya tampak tegang sekali. Melihat
perubahan Buron seperti itu, Biggan tetap tenang dengan
mata menatap tajam penuh curiga.
"Ada ���?" bisik Sandhi.
"Gawat!" Hanya itu yang diucapkan oleh Buron Selebihnya
adalah tindakan yang mengherankan Sandhi. Tubuh agak
kurus itu tiba-tiba melambung ke atas dan bersalto ke
belakang. Wuuut...! Dalam sekejap saja kakinya sudah
menapak di atas rerumputan taman.
Biggan bergegas bangkit dari duduknya.
"Ada tamu lain, rupanya."
"Tamu lain...?"
"Aku merasakan energi panasnya mulai merambah udara
sekitar rumah ini, Sandhi...," serunya ia pun melompati pagar
pengganti dinding pendapa. Wiiizz...! Dalam sekali lompat
tubuh Biggan sudah berada di bawah pohon cemara hias yang
letaknya sekitar 20 langkah dari tempat Buron. Angin dari
gerakannya terasa menghentak di perut Sandhi.
"Busyet...?! Gerak cepatnya boleh juga tuh ,anak," gumam
hati Sandhi masih sempat kagum dan mengomentari gerakan
Biggan tadi.
Kini jelmaan Jin Layon itu melompat ke atas atap pendapa.
Di sana ia mengangkat kedua tangannya dan menghentakkan
ke depan secara bersamaan. Mirip tangan seorang penyihir.
Wuuub...! ��k�, dari tiap ujung jarinya melesatlah sepuluh
kilatan cahaya orange yang segera menyebar ke mana-mana.
Kesepuluh cahaya orange yang masing-masing dapat berubah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi panjang setiap kali tangan Buron digerakkan, kini
saling berlompatan dalam gerakan acak, seperti sedang
berburu sesuatu di sekitar rumah tersebut .
Taar, traarr, traaatar... traaatatatar... ctaaar ctaaar...!
Sepuluh sinar kesaktiannya Jin Layon itu saling
memercikkari bunga api manakala menyentuh sesuatu yang
tak tampak di mata Sandhi. Gelombang energi asing yang
menyusup masuk ke wilayah kekuasaan gaibnya Dewi Ular itu
agaknya sulit tertangkap mutlak oleh ke sepuluh sinarnya
Buron, meski pun sudah terkepung beberapakali ia tetap
dapat lolos. Energi gaib asing itu dapat masuk ke wilayah
tersebut karena Buron lupa mengaktifkan kembali pagar gaib
yang tadi sengaja dimatikan sebentar untuk menerima
kedatangan Biggan. Oleh sebab itu, Buron berupaya
secepatnya menyingkirkan energi gaib asing itu, sebelum
energi tersebut mendapatkan ��� yang diinginkannva, seperti
misalnya, mencuri bias energi saktinya Kumala Dewi yang
malam ini masih berwujud seekor ular berkepala manusia.
"Dia lari ke depan, Buron!" seru Biggan sambil ia sendiri
berlari cepat seperti hembusan angin menuju ke halaman
depan. Wuuuss.
Sementara Buron sendiri. justru melesat ke atas pohon
mangga yang ada halaman samping. Ia mencegat gerakan
energi tak bersinar itu dari tempatnya bertengger di atas
sehelai daun mangga.
"Awas, Rooon...!" seru Biggan dari bawah sana.
Dengan mata gaibnya Buron juga. melihat gerakan energi
hawa panas itu. Tapi karena kecepatan energi itu sangat luar
biasa, sehingga sebelum Buron sempat menghantam dengan
tapak saktinya, dia sudah lebih dulu diterjang oleh energi
tersebut.
Claaaazz...! Gusssrraak...!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Buron terhempas dikerimbunan pohon mangga. Sebatang
dahan berhasil menyangga tubuhnya.Ia segera bangkit dan
tersentak kaget melihat sebagian daun mangga menjadi
kering dan layu. Ia mencium bau hangus, setelah melirik ke
bawah, ternyata kaos yang dipakainya terbakar. Membentuk
lubang sisa bakar sebesar piring di bagian dada. Dan, Buron.
segera sadar kalau kulit dadanya pun melepuh akibat
terjangan energi panas tanpa bentuk tadi.
"Uuhkk, iiihhhkk...!" Buron menyeringai menahan sakit.
Ia segera menyalurkan hawa inti gaibnya dari pusar ke
dada. Hawa inti gaib itu meredakan rasa panas yang dirasakan
menyengat sekali itu, kemudian ia segera bergerak lagi
dengan merubah wujud menjadi cahaya kuning menyerupai
meteor kecil.
Bluubh...! Claap, ziaaazzp...!
Sinar kuning meteor itu membaur dengan kesepuluh sinar
orange yang masih bergerak zigzag mengepung energi lawan.
Saat itu Biggan berkelebat ke arah halaman depan garasi. Dari
sana ia melemparkan sesuatu yang berbentuk seperti bola
bekel berwarna putih metal, menyerupai bola kristal.
Benda kecil yang dilemparkan ke atas itu melayang tinggi,
melebihi batas atap rumah. Ketika bergerak turun benda yang
mengkilat itu tiba-tiba membiaskan cahaya biru tipis namun
cukup terang.
Craalllp, byaaak....!
Cahaya itu adalah pantulan dari cahaya rembulan yang
tertangkap oleh benda tersebut. Agaknya benda itu berfungsi
sebagai pembias cahaya rembulan dan melipat gandakan
tingkat kecerahannya.
Suasana di atas rumah Kumala Dewi menjadi terang tapi
tidak menyilaukan. Dalam cahaya terang ltulah sinar-sinar
orange dari Buron tadi justru redup dan padam, kecuali sinar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuning jelmaan Buron masih ada. Tapi energi panas yang
sedang mereka kejar-kejar itu menjadi tampak seperti
bayangan hitam bergerak ke sana-sini. Dengan bantuan
cahaya terang dari bola metal yang sekarang diam
mengambang di udara, maka siapa pun akan dapat melihat ke
mana gerakan bayangan hitam itu.
Sandhi sendiri sempat tercengang kagum melihat kegunaan
benda kecilnya Biggan, dan ia menjadi merinding sendiri
setelah melihat energi yang menyusup masuk itu berwarna
hitam dengan bentuk berubah-ubah. Seperti air hitam di atas
daun talas.
"Hantam dia, Roon...!" seru Biggan sambil berkelebat lari
ke halaman depan lagi. Dari sana ia melihat sinar kuning
jelmaan Buron bergerak secepat kilat menerjang

Continue reading on your phone by scaning this QR Code
Tip: The current page has been bookmarked automatically. If you wish to continue reading later, just open the
Dertz Homepage, and click on the 'continue reading' link at the bottom of the page.