seperti ini pasti Buron menggunakan telinga
gaibnya. Pendengaran gaib itu tentunya bisa untuk
mendengar suara dari tempat yang sangat jauh, bahkan bisa
menangkap suara dari alam kubur.
"Makin dekat suara gemuruh itu" ujarnya sambil
memejamkan mata. Dahinya berkerut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ohh...? Waduh...?!"
"Apaan sih? Bilang dong, ada ���?!" desak Sandhi dengan
suara sangat pelan. Ia tampak gelisah sekali.
Buron membuka matanya. Memandang sedikit tegang.
"Suara itu hilang. Tadi mendekat, lalu lenyap. Tapi... tapi
aku merasakan ada arus gaib menghampiri rumah ini. Wah,
celaka! Energi gaib asing sedang menuju kemari, aku harus
mencegatnya!"
"Maksud lu, sekarang ..."
Blaaap...! Buron lenyap dari depan Sandhi. Badan Sandhi
tersentak ke belakang sewaktu Buron lenyap dan berubah
menjadi seberkas sinar kuning.
Karena, perubahan tersebut menghembuskan hawa padat
yang cukup kuat, sehingga bisa membuat pot bunga ukuran
kecil terpental seandainya ada di dekat Buron pada saat itu.
Sinar kuning perubahan dari wujud Buron itu menyerupai
bintang berekor atau meteor, ukurannya kecil. Cepat sekali
gerakkannya. Melesat dan langsung menembus atap rumah.
Tanpa suara, tanpa getaran. Kini tinggal Sandhi sendirian di
ruang tengah itu. Memendam kekhawatiran yang meresahkan.
Ada rasa takut yang mulai merayapi hatinya, sehingga bulu
kuduk pun mulai meremang merinding.
"Mending gue tinggal tidur ajalah...!" ujarnya dalam hati,
lalu bergegas masuk ke kamarnya.
Baru saja langkah kaki Sandhi tiba di depan pintu kamar,
tiba-tiba punggungnya seperti ada yang mengipas dengan
cepat.
Wuuussst...! Sandhi cepat berpaling ke belakang. Oh, tidak
ada apa-apa, rupanya. Tapi hembusan angin yang dirasakan
baru saja telah membuat bulu kuduknya makin meremang
tegang."Nggak mungkin kalau cuma halusinasi," ujarnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membatin. "Jelas sekali kurasakan ada yang bergerak cepat di
belakangku, dari arah ruang. makan ke... ke mana ya? Ke
ruang tamu atau ke kamar tidur yang kosong itu ? Aduuuh,
mana si Buron baru aja pergi, Kumala sedang nggak bisa
diganggu, waah... kalau ada apa-apa di sini, aku nggak akan
bisa menghadapinya. Aku kan nggak punya kesaktian apaapa!"
Jantungnya mulai berdetak lebih cepat. Ia putuskan untuk
berlagak tidak yakin dengan perasaannya sendiri, sehingga ia
punya alasan untuk segera masuk kamar. Pintu kamar pun
segera dibuka. Bertepatan dengan itu sekelebat bayangan
melintas cepat di ruang tengah itu, sehingga menimbulkan
hembusan angin sekilas yang terasa mengipas punggung
Sandhi.
Wuuut, weees...!
Spontan kepala Sandhi berpaling cepat ke belakang.
Jantung makin cepat irama detaknya. Mata makin nanar
memandang tegang ke sana-sini yang ternyata hanya
menemukan perabot biasanya, tanpa sosok bayangan apapun.
Claaap, bluub...!
"Hahh...??!" pekik Sandhi. Jantungnya hampir saja copot
karena sangat terkejut ketika seberkas sinar muncul. Lalu,
sinar itu meletup dan berubah menjadi sosok pemuda
berambut kucal berbadan agak kurus. Siapa lagi kalau bukan
si jelmaan Jin Layon alias Buron.
"Ngepeeet...!" bentak Sandhi dalam geram kemarahannya.
Ia mengusap-usap dadanya sendiri.
"Kenapa?" Buron bertanya seolah-olah tak merasa
membuat Sandhi sangat terkejut atas kemunculannya.
"Elu ngagetin gue melulu dari kemarin, Setan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Omelan itu tak direspon sedikit pun oleh Buron. Mata
jelmaan Jin Layon itu memandang ke arah ruang makan.
Penuh curiga.
"Elu yang lewat sini dari tadi, ya? Was, wes, was, wes...
kayak setan kurang kerjaan aja luh!"
"Di luar sana gue nggak nemuin apa-apa, justru gue rasain
munculnya energi gaib asing dari sini. Makanya gue periksa
seluruh rumah ini, eeeh .. nggak ada, Energi itu sepertinya
hilang, atau pindah tempat begitu gue samperin. Kayak tadi
juga, San."
"Bodo, ah...!" gerutu Sandhi setelah tahu hembusan angin
tadi adalah gerakan energi gaibnya jin Layon.
"Gue mau periksa halaman belakang!" kata Buron sambil
mulai melangkah, tak mempedulikan reaksi Sandhi yang mulai
diliputi rasa ingin tahunya lagi.
"Firasatku mengatakan, bakalan ada kejadian aneh malam
ini," pikir Sandhi. "Mending kuikuti saja si Buron, daripada di
kamar sendirian, belum tentu bisa langsung tidur. Bisa-bisa
malah disiksa rasa takut dan was-was terus-menerus..."
Selama masih ada Buron tak jauh darinya, Sandhi memang
tak perlu merasa setakut tadi. Nyalinya sedikit lebih besar
dibandingkan jika tanpa Buron di dekatnya. Menyusuri koridor
menuju pendapa belakang pun berani ia lakukan sendiri,
sebab ia tahu Buron berdiri di dekat kolam hias, pojok
halaman sana."Ron... ngapain elu di situ?"Sandhi menghampiri
Buron. Tapi tiba-tiba Buron bicara agak keras sambil
memandangi daun-daun pohon mangga yang tumbuh di
samping rumah.
"Ya, selarhat malam...! Siapa kamu...?!"
"Gue...! Bego lu, ya?!" jawab Sandhi. Buron masih cuek,
sama sekali tidak memperhatikan kedatangan Sandhi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tunggu dulu. Kalau memang kamu punya niat baik,
jelaskan dulu siapa dirimu sebenarnya? Dari mana asalmu?!"
"Dari mana... dari mana.... Dasar gila! Ya, jelas dari dalam
dong. Emang gue tadi pergi ke mana? Nggak pergi ke.."
"Ssst...!" sentak Buron dalam desisan. "Gue nggak bicara
sama elu, Karpet rombeng!"
"Oo, bukan ngomong ama gue?"
"Ada yang kirim suara ke indera gaibku. Dia minta izin
untuk mendekati tempat kita ini!"
"Siapa...?" "
"Kalau gue tahu nggak bakalan gue tanyain tadi! Tapi
kayaknya..."
Perhatiannya berpindah lagi. Bicaranya tak jadi
diselesaikan. Ada suara yang perlu ia tanggapi secepatnya.
"Y�.,? Bagaimana...?!"

Continue reading on your phone by scaning this QR Code
Tip: The current page has been bookmarked automatically. If you wish to continue reading later, just open the
Dertz Homepage, and click on the 'continue reading' link at the bottom of the page.