seperti
sekarang ini. Tapi tentunya Sandhi tidak menjelaskan bahwa
gadis cantik yang menjadi majikannya ifu menolak tamu
karena mengalami perubahan wujud pada dirinya. Setiap
malam bulan purnama Kumala Dewi berubah menjadi seekor
ular berkepaia manusia. Ia harus, mengurung diri dalam
kamarnya agar tak diketahui orang lain. Sampai subuh, baru ia
berubah lagi menjadi gadis cantik bertubuh sexy.
"Ya, besok siang aja aku temui Sandhi sambil bawa Rubby
sekalian. Siapa tahu....," kata- kata batin itu terhenti seketika.
Dalam benak Yannu tiba-tiba terlintas pertanyaan yang
mendebarkan hatiriya.
"Apakah sekarang Rubby masih ada di kamar?! Waaah,
coba kutengok dulu.Jagi tidur atau lagi ngapain dia? Atau
malah...?"
Yannu melompat turun dari sofa, lalu berjalan dengan
langkah hati-hati, mengendap-endap mendekati kamar.
Tangannya agak gemetar waktu mau membuka pintu kamar.
Pada saat itu, terdengar suara lolongan anjing yang mengalun
panjang. Bulu kuduk Yannu menjadi berdiri. Merinding semua
sekujur tubuhnya.
Oo-dwkz-234-oO
2
SEBENARNYA tidak ada larangan atau pesan dari Kumala
Dewi, bahwa setiap malam bulan purnama TV atau radio tidak
boleh distel. Kumala tidak mengeluarkan peraturan seperti itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi pada malam purnama ini, rumah besar berhalaman luas
itu sepi dari suara-suara media elektronik.
Buron tak berani menyalakan minicompo-nya, walau di
kamarnya sendiri. Sandhi atau ��k Bariah juga tak mau
menghidupkan televisi di ruang tengah, meski pun ada
tayangan rutin yang menjadi kegemaran mereka. Ngobrol pun
dikurangi. Bahkan kalau perlu dilakukan dengan sangat pelan.
Berbisik-bisik.
Hening dan sunyi.
Cuma itu yang ada di rumah Dewi Ular yang berada di
pinggiran kota Jakarta. Sudah pindah dari rumah yang dulu.
Alam dan lingkungan sekelilingnya memang disukai oleh putri
tunggal sang Dewa Permana dan Dewi Nagadini itu. Tidak
terlalu sepi, tidak terlalu ramai. Jauh dari kebisingan kota.
Sedikit kadar polusi udaranya.
Suasana sepi dan hening sengaja diciptakan oleh mereka
untuk mendukung prosesi ritual yang dilakukan Kumala Dewi
dalam kamarnya. Sudah bukan rahasia lagi bagi mereka,
bahwa pada malam-malam seperti ini di dalam kamar tidur
Kumala yang ada hanya seekor ular besar berwarna hijau,
memiliki sisik emas berkilauan, tapi memiliki kepala manusia
bermahkota dan berambut panjang. Tetapi cantik
sebagaimana Kumala dalam kesehariannya.
Biasanya Sandhi dan Buron ikut melek sampai menjelang
subuh. Buron sebagai jelmaan Jin Layon memang tetap harus
waspada dalam menjaga dan melindungi keadaan Kumala
Dewi yang sedang berubah menjadi seekor ular hijau itu.
Sebab, dalam kondisi perubahan wujud seperti ini biasanya
ada pihak lain yang ingin mencuri kesaktian Kumala.
Memang sudah menjadi salah satu dari keistimewaan anak
tunggal dewa, bahwa pada saat dirinya berubah menjadi
seekor ular, secara otomatis kesaktiannya itu berada dalam
puncak tertinggi, dan sering menyebarkan energi sakti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gelombang energi sakti yang menyebar dengan sendirinya itu
dapat dicuri oleh pihak lain. Sangat berbahaya jika
dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang menganut aliran hitam;
bisa dari jenis peri, jin, iblis, siluman, atau para dukun yang
berburu kekuatan gaib kelas atas.
Meskipun kelihatannya nyantai sekali, tapi sebenarnya
seluruh indera gaib si jelmaan Jin Layon itu selalu memonitor
seluruh aktivitas di sekitar rumah tersebut. Baik aktivitas
kehidupan manusia maupun aktivitas alam sekelilingnya.
Radar gaibnya akan mengirim sinyal padanya jika ada energi
asing yang mendekati tempat tinggalnya sang bidadari cantik
jelita: Dewi Ular.
"Ron, malam ini gue ngantuk banget nih. Kayaknya nggak
bisa nemenin elu sampai subuh," kata Sandhi dengan matanya
yang sudah mengecil, agak merah. Ia letakkan tabloid yang
dari tadi dibacanya.
Buron menurunkan buku novel bacaannya dari depan
wajah.
"Ya, udah.Tidur aja elu. Ngapain ikut-ikutan melek?"
"Bukannya gue nggak cinta ama elu nih, Ron..."
"Gue juga nggak butuh cinta elu! Emangnya gue jin homo,
���?!" sahut Buron membuat Sandhi nyengir geli melihat
wajah Buron bersungut-sungut lucu.
"Mata gue kayak kena sirep. Sirep dari lem tikus. Susah..."
"Ssst, ssst...!!"
Tiba-tiba mulut Buron mendesis dua kali.Matanya menjadi
lebih lebar. Wajahnya. Sedikit tegang. Sandhi yang mau
melangkah masuk ke kamar tidur menjadi tertahan. Rasa ingin
tahu membuat Sandhi memperhatikan Buron.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu Buron yang semula duduk merebah di sofa
panjang, sekarang menjadi tegak Menelengkan telinga,
mencari suara yang mencurigakan hatinya.
"Ada apa ap...?" Sandhi bertanya dengan nada berbisik.
"Ada suara aneh. Elu dengar nggak?" Sandhi mencoba
memusatkan konsentrasinya.
"Hmmm, nggak ada suara apa-apa tuh "
Buron masih diam. Duduk tanpa bersandar. Matanya
menatap sekeliling dengan sedikit mengecil. Seolah-olah
dinding atau penghalang apapun ingin ditembus dengan
tatapan mata gaibnya itu.
"Suara apaan sih yang lu dengar itu?"
"Suara gemuruh samar-samar. Kayak suara hujan dari
kejauhan."
"Aah, kayaknya cuaca di luar bagus kok. Terang bulan.
Mana ada hujan? Salah denger kali luh?!"
"Gue bilang kayak suara hujan, berarti bukan suara hujan
beneran. Bego luh!" geram Buron bernada kesal.
"Yeeee, gitu aja sewot?! Kena stroke baru tahu rasa luh!"
"Mana ada jin kena stroke? Yangada..."
Buron diam lagi. Ketegangannya semakin bertambah.
Semakin pula Sandhi menjadi penasaran dan ingin mengetahui
��� sebenarnya yang didengar Buron. Jika suara itu tidak bisa
didengarnya, Sandhi mengakui itu hal yang wajar, sebab
dalam keadaan

Continue reading on your phone by scaning this QR Code
Tip: The current page has been bookmarked automatically. If you wish to continue reading later, just open the
Dertz Homepage, and click on the 'continue reading' link at the bottom of the page.